ANALISIS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT
PASCA
BENCANA ALAM
DENGAN
MENGGUNAKAN APLIKASI WORKSHEET
Marwahyudi
Abstract
Building is a place of activity and interaction among
it’s occupants. There fore, the protectian of the strength of building
structure must be noticed well. Same dangers that likely to happen are flood,
eartquake and corrosive. This research is aimed at knowing the strength of
concrate residue. The method used in this research are visual observation,
distructive and non destructive test. Distructive method uses hammer test,
while non destructive uses compresssion test machine. The result of hammer test
is counted by normal and homogeneuos data test. Then, the result of distructive
and non destructive test are declaredto be received if the width more than 80%
the strength of concrate residue (250kg/cm 2). It can be concluded that the result of
destructive, non destructive and analysis are the demage of building 10.1 %,
wall 8.5 %, column 1.4 % (there are two column damage), bean 0.3 % (one beam
demage). Several damagae building structure are strengthened by carbon fibre
stripe.
Key
words: The Strength of concrate residue, Demage, Strenght.
Pendahuluan
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetehuan, teknologi
dan bertumbuhnya kebutuhan hidup manusia, menjadikan bertambahnya rumah hunian.
Rumah hunian atau rumah tinggal ini merupakan kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi. Sehingga pertambahan manusia berbanding lurus dengan bertambahnya
rumah. Hampir dapat dipastikan rumah dari bahan kayu, bambu yang bersifat tidak
permanen akan tergeser dengan rumah yang berbahan dasar bata, batako yang
bersifat permanen.
Kedepan penggunaan semen semakin meningkat Terbukti di
daerah pedesaan semakin marak dalam hal penggunakan semen. Semuanya dikarenakan
semakin menipisnya bahan kayu, yang mengakibatkan harga kayu menjadi mahal.
Menjadi menarik, jika yang menggunakan semen untuk
bahan banggunan adalah orang yang belum paham. Akibat yang ditimbulkan adalah
penggunaan semen yang kurang efisien dan optimum.
Memilih dan memilah
dalam menggunakan semen deperlukan ketrampilan khusus agar hasilnya dapat
optimum. Meskipun untuk plesteran atau konstruksi sederhana, harus tetap difikirkan dalam
memilih semen, mengingat di Indonesia
akhir-akhir ini sering terjadi gempa.
Gempa ini sering mengakibatkan kerusakan gedung. Kerusakan tersebut dari
retak, mengelupas sampai roboh tergantung dari kekuatan yang melanda pada suatu
daerah.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh
sebab alam memang perlu diantisipasi. Seperti kerusakan akibat gempa, akibat
banjir, akibat angin.
Kedepan masyarakat diharapkan mampu
dan memahami dalam hal mengantisipasi
kejadian yang akan timbul. Sehingga jika terjadi jumlah kurbannya tidak akan
banyak.
Permasalahan
Hasil dari analisis paparan
diatas, dapat disimpulkan menjadi beberapa permasalahan, yaitu:
1.
Ada kerusakan struktur pasca bencana alam.
2.
Ada beberapa jenis kerusakan yang ditimbulkan.
3.
Kekuatan struktur mengalami degradasi.
Tujuan Penulisan
Masyarakat sudah sering
menggunakan bahkan sudah akrab dengan semen. Bahkan semua pruduk yang
dihasilkan oleh semen semua orang sudah mengerti dan dapat membuatnya. Hall ini
menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut.
Agar masyarakat dapat memahami
tentang hasil yang dibuatnya dan kerusakan yang diakibatkan oleh alam, maka
perlu adanya analisis mengenai kerusakan beton. Adapun analisis tersebut sebagai berikut:
1. Mengetahui kerusakan beton.
2.
Mengetahui jenis
kerusakan beton.
3. Mengetahui Kuat Tekan sisa pada struktur yang rusak.
Landasan
Teori
Kerusakanakibat faktor alam pada
gedung yang harus diperhatikan secara khusus adalah pada bagian struktur.
Struktur paling berat menahan beban gedung. Hal ini dikarenakan semua berat dan
beban akan disalurkan juga ditahan oleh struktur. Sebagian besar struktur
gedung terbuar dari beton bertulang. Oleh sebab itu beton bertulang pada
struktur ini perlu dianalisis secara tuntas.
Menurut Mustopo (1988), kajian
kerusakan yang harus diperhatikan dalam menentukan pola kerusakan meliputi
empat keadaan yaitu, sebagai berikut:
1. Pengamatan lapangan.
2. Informasi dan catatan-catatan.
3.
Pengujian struktur.
4.
Diagnosa penyebab kerusakan.
Menurut
Tamim, (1988), identifikasi perbaikan beton bertulang adalah sebagai berikut:
1. Retak, ialah pecah pada beton dalam garis-garis yang
relatif panjang dan sempit.
2. Lubang, ialah lubang yang relative dalam dan lebar
pada beton.
3.
Kelupas dangkal pada permukaan beton.
Menurut
Bambang Suhendro, (2003) Crack
dibedakan menjadi 3 macam adalah
sebagai berikut:
1. Retak kecil :
lebar<0,5 mm.
2.
Retak sedang :
lebar<0,5 mm - 1,2 mm.
3.
Retak besar :
lebar>1,2 mm..
Spalling dibedakan menjadi 3 macam
adalah sebagai berikut:
1.
Terkelupas ringan : dalam<20 mm.
2.
terkelupas sedang : dalam>20 mm, baja tulangan
belum kelihatan.
3. terkelupas berat: dalam>20 mm, baja tulangan sudah
kelihatan.
Metode
Penelitian
Pengambilan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi:
1.
Pencatatan jenis kerusakan
kolom.
2.
Pencatatan jenis kerusakan
balok.
3.
Pencatatan jenis kerudsakan
plat lantai.
4.
Pengukuran volume kerusakan
Data sekunder adalah sebagai berikut:
1.
Penyebab kerusakan komponen
bangunan
2.
Gambar bangunan
3.
Mutu beton.
Pengambilan
data menggunakan purposive random
sampling, sehingga tidak semua obyek diambil datanya, akan tetapi obyek yang
diambil adalah disesuaikan dengan tujuan penelitian dan diupanyakan mewakili
kondisi sebenarnya.
Menurut
Sutrisno hadi, (2000), purposive
randem sampling adalah teknik pengambilan data yang pengambilan datanya
berdasarkan tujuan tertentu.
Data
yang diambil sebagai sampel adalah:
1.
Non destruktif
Pengambilan data dengan cara tidak merusak dan mengambil 8 sampel data,
dengan rician
a.
Kolom 4 buah (2 kondisi rusak
dan 2 kondisi baik)
b.
Balok 2 buah (1 kondisi rusak
dan 1 kondisi baik).
c.
Plat lantai 2 buah (1 kondisi
rusak dan 1 kondisi baik).
2.
Destruktif
Pengambilan
data dengan cara merusak dan mengambil 3
sampel data, dengan rician
a.
Kolom 2 buah (1 kondisi baik
dan 1 kondisi baik)
b.
Balok 1 buah (1 kondisi
rusak).
Hasil data yang diperoleh diuji
normalitas dan homogen data. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh adalah
data yang menurut lengkung Gauss, menurut PBI 1971 N.I-2 (Depertemen Pekerjaan
Umum, 1971).
Setelah semua didapatkan data
maka dihitung kuat tekan sisa beton dan dibandingkan dengan kuat tekan beton
rencana.
Agar dalam menganalisa struktur
mendapatkan hasil yang memuaskan dan lebih akurat maka perlu tahapan-tahapan
penelitian. Adapun tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:
a.
Tahap I :
Mulai
b.
Tahap II :
Visual, Studi literatur, Arah penelitian
c.
Tahap III : Penelitian, data primer dan sekunder.
d.
Tahap IV :
Analisa Data, Hasil
e.
Tahap V : Selesai
Hasil
dan Pembahasan
Masyarakat awam
sangat kekurangan informasi kerusakan yang ada. Mereka hanya mampu menggunakan melihat
akan tetapi belum mampu memprediksi kejadian yang akan timbul. Hal ini mengakibatkan kejadian yang ada
dianggap tidak membahayakan individu. Tugas dari perguruan tinggi untuk menyalesaikan
permasalahan ini dan hasilnya dapat
dengan mudah digunakan oleh masyarakat.
Agar dapat
menghasilkan yang optimum semua hasil dari produk dan sifat semen perlu adanya
analisis yang mendalam. Semen apabila terkena air akan mengeras, jika sudah mengeras
maka akan tidak dapat digunakan. Menurut Asroni, A (2005), campuran antara air
dan semen akan membentuk pasta semen, yang berfungsi sebagai bahan ikat.
Sedangkan pasir dan krikil merupakan bahan agregat yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dan sekaligus sebagai bahan yang diikat oleh pasta semen.
Menurut
Kardiyono, Tj (1996), semen sering disebut semen Portland, semen yang dipakai
di Indonesia dibagi menjadi 5 jenis yaitu:
1.
Jenis I: Semen portland untuk penggunaan umum, tidak
memperlukan syarat khusus.
2. Jenis II: Semen portland untuk beton tahan
sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.
3. Jenis III: Semen portland untuk beton dengan
kekuatan awal tinggi (cepat mengeras).
4. Jenis IV: Semen portland untuk beton panas hidrasi rendah.
5. Jenis V: Semen portland untuk beton sangat
tahan terhadap sulfat.
PBI 1971 N. I –
2. (Departemen Pekerjaan Umum, 1979). Mengenai Semen:
1. Jenis-jenis semen yang
ada:
a.
Semen Portlan-tras.
b.
Semen Alumuna.
c.
Semen tahan
sulfat.
2. Pada beton non struktural
selain menggunakan semen yang tersebut
diatas dapat juga menggunkan semen tras kapur.
Pengamatan.
Beton merupakan campuran beberapa unsur yang menjadi
satu kesatuan yang berfungsi menahan gaya
tekan. Unsur tersebut adalah semen, air, agregat halus dan agregat kasar. Beberapa
unsur ini berfungsi sesuai dengan fungsinya sendiri-sendiri.
Penyusun-penyusun beton maupun plesteran harus dapat
membuat satu kesatuan yang kuat dan lekat. Sifat antar penyusun tidak boleh ada
yang bertolak belakang, agar nantinya menjadi adonan yang kuat dan baik.
Semen. Pengamatan pada semen
dapat dilakukan dengan panca indra yaitu dilakukan dengan pengamatan mata dan diraba
dengan tangan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi semen.
Apakah semen masih halus atau sudah ada yang meneras. Mengingat apabila semen
yang sudah mengeras tidak dapat digunakan sebagai bahan pengikat agregat maka perlu diwaspadai kondisi semen
tersebut.
Semen yang digunakan untuk
pembuatan beton, yaitu semen yang berbutir halus. Kehalusan butir semen ini
dapat diraba/dirasakan dengan tangan. Semen yang tercampur/mengandung gumpalan
meskipun kecil, tidak baik untuk pembuatan beton, Asroni, A, (2005).
Mestinnya masyarakat mengerti
akan kwalitas semen ini. Minimal apabila sudah mengeras jangan dibeli. Hal ini
dimaksudkan agar semen dapat berfungsi secara maksimal.
Air. Air yang diminum pada
dasarnya dapat dipastikan bagus untuk pembuatan beton. Karena air yang
dapat diminum sudah tidak mengandung zat yang merugikan manusia. Jika air tidak
meracuni manusia, maka baik digunakan untuk plesteran dan beton.
Air yang dapat digunakan untuk
pembuatan dan perawatan beton tersebut harus tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton, menurut PBI 1971 N. I –
2. (Departemen Pekerjaan Umum, 1979).
Jumlah air yang digunakan untuk
plesteran dan campuran beton pada umumnya dihitung berdasarkan nilai
perbandingan berat air dengan berat semen dan sering disebut factor air semen (water cement factor).
water cement factor
juga akan mempengaruhi dalam pengerjaan beton. Semakin encer beton,
semakin mudah dikerjakan (workability).
Tetapi perlu diingat, terlalu encer juga akan menggurangi kekuatan beton.
Agregat
Halus dan Agregat Kasar.
Menurut
standart SK SNI T – 15 -1991 – 03 (Departemen Pekerjaan Umum, 1991).
1. Agregat adalah material
granular, misalnya pasir, krikil, batu pecah, kerak tungku besi, yang dipakai
sama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidraulik atau adukan.
2. Agregat ringan adalah
agregat yang dalam keadaan kering dan gembur mempunyai berat 1100 kg/m3
atau kurang.
3. Agregat halus adalah
pasir alam sebagai hasil desintegrasi “alami” dari batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran terbesar 5,0 mm.
4. Agregat kasar adalah
kerikil alam sebagai hasil desintegrasi “alami” dari batuan atau berupa batu
pecah yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran 5,0 –
40,0 mm.
5.
Adukan adalah
campuran antara agregat halus dan semen portlan atau sembarang semen hidroulik
lainnya dan air.
Menurut Asroni, A (2005), Pasir yang digunakan sebagai bahan beton,
harus memenuhi syarat:
1.
Berbutir tajam
dan keras.
2.
Bersirfat kekal,
yaitu tidak mudah lapuk/hancur oleh perubahan cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.
3.
Tidak boleh
menggandung Lumpur lebih dari 5% dari berat kering. Jika kandungan lumpur lebih
dari 5%, maka pasir harus dicuci.
4. Tidak boleh mengandung pasir
laut (kecuali dengan petunjuk staf ahli), karena pasir laut ini banyak
mengandung garam.
Kerikil atau batu pecah yang digunakan sebagai bahan beton, harus
memenuhi syarat:
1. Bersifat padat dan keras,
juga tidak berpori.
2. Harus bersih, tidak boleh
mengandung Lumpur lebih dari 1%. Jika kandungan Lumpur lebih dari 1%, maka kerikil atau batu pecah harus dicuci.
3. Pada keadaan terpaksa,
dapat dipakai kerikil bulat.
Analisis Semen
Bahan-bahan pembuat semen perlu
dipahami. Apabila bahan-bahan penyusun sudah dapat dipahami, maka kita akan
dengan mudah memaksimalkan kelebihan semen. Agar semuanya dapat dipahami maka
perlu adanya analisis yang mendalam tentang.
Analisis pada semen yang dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif hasilnya
tidak bebentuk angka, tetapi berbentuk sifat. Alat yang digunakan adalah
pancaindra dan hasilnya adalah: warna halus, kasar, bau. Sedangkan kuantitatif
hasilnya menunjukkan angka, misalnya volume, berat, kadar/persentase.
Analisis kualitatif tanpa menentukan nilai dapat dilakuakan
dengan cara:
1.
Analisa
pancaindra.
2.
Analisa Anion
Kation.
Analisis kuantitatif
dengan menentukan nilai dapat
dilakuakan dengan cara:
1.
Analisa volume.
2.
Analisa berat.
3.
Analisa kecepatan
merambat.
Pengujian Kekuatan Beton
Kekuatan beton sangat dipengaruhi
oleh semen. Mengingat semen adalah bahan pokok dalam unsur pengikat. Jika
kondisi agregat halus dan kasar sama-sama bersih dan semen yang digunakan dari
produk yang berbeda maka hasil ukur kuat
tekan beton akan tetap berbeda. Seperti yang sudah dilakukan oleh Kardiyono, Tj (1996),
Kardiyono, Tj, (1996), Melakukan
percobaan pada 5 jenis semen pada adukan beton, ternyata kelima jenis semen
tersebut mempunyai kekuatan tekan yang berbeda dan jumlah kandungan semen yang
digunakan pada adukan juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton.
Menurut Standart SK SNI T – 15 -1991 – 03 (Departemen
Pekerjaan Umum, 1991), kuat tekan beton
yang disyaratkan f’c adalah kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencanaan
struktur (benda uji berbentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm),
dipakai dalam perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam mega paskal (M.pa).
Bila nantinya nilai f’c dibawah tanda akar, maka hanya nilai numeric dalam
tanda akar yang dipakai dan hasilnya tetap mempunyai satuan mega paskal (M.pa).
Kuat tekan yang dihasilkan dapat
dicari dan dihitung besarnya. Sesuai
aturan cara menghitungnya dengan
mengambil beberapa sampl yang ada dengan
menggunakan alat Hammer Test
dan atau Compression Test Machine.
Kemudian dari data-data tersebut dihitung dengan rumus.
Hammer Test adalah alat untuk mengukur kuat tekan beton yang
bekerja berdasarkan prinsip energi dan termasuk metode non destruktif atau
bersifat tidak merusak konstruksi. Sehingga apabila kita menggunakan alat hammer test strukturnya tidak terpengaruh dan tidak mengurangi
kekuatan yang ada. Alat ini dapat digunakan di balok, plat, kolom, dinding,
tangga, dan atap.
Syarat pengambilan data dengan alat Hammer Test:
1. Daerah pengujian harus rata, licin dan pada tempat yang terjadi
perlemahan.
2. Dalam area pengujian 20 cm x 20cm, sebaiknya tidak
kurang dari 5-10 tumbukan dan diharapkan minimal sampelnya 20.
3. Pengambilan pengujian jangan pada daerah keropos dan
pada daerah yang agregatnya besar.
4. Interpretasikan kekuatan tekan berdasarkan harga
rata-rata hasil pengujian.
5.
Interpretasikan kekuatan tekan beton dibantu dengan
grafik.
Seperti Hammer
Test, pada Compression Test Machine
mempunyai tujuan mengetahui kuat tekan
beton. Cara kerja alat ini mengambil benda uji
yang berbentuk silinder atau
berbentuk balok. Jika benda uji berbentuk balok dan hasilnya dikonfersikan ke bentuk silinder.
Benda uji diharapkan mempunyai luas permukaan 19,625 cm2 (d=5cm)
sampai dengan 490,625 cm2
(d=25cm). Pengambilan benda uji dengan cara melobangi beton, lalu benda uji
dibawa kelaboratorium untuk dihitung kuat tekannya. Dengan demikian dengan alat
Compression Test Machine bersifat
destruktif atau bersifat merusak konstruksi dan
struktur akan terpengaruh, maka dalam
pengambilan sampel harus berhati-hati.
Kuat tekan beton, semakin lama
semakin bertambah kuat. Kekuatan beton
akan mencapai 100% jika mencapai umur 28 hari.
Tabel 1 Hubungan kuat tekan dengan
umur beton
Umur
|
Kuat tekan beton %
|
3
7
14
21
28
90
365
|
40
65
88
95
100
120
135
|
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, (1979)
Alat ini dapat digunakan untuk menguji segala jenis
beton juga harus difahami bahwa alat ini
sangat ada yang besar dan ada yang kecil tergantung kemempuannya.
Menurut Kardiyono, Tj (1996),
apabila tinggi kurang dari dua kali diameter, maka perlu adanya factor koreksi.
Adapun faktor koreksi tersebut adalah:
Tabel 2 Faktor koreksi
kuat tekan silinder beton
Perbandingan tinggi dan diameter
|
Faktor koreksi
|
2,00
1,75
1,50
1,25
1,00
|
1,00
0,99
0,97
0,94
0,91
|
Sumber: Kardiyono,
Tj. (1996)
Menurut PBI 1971 N. I – 2. (Departemen Pekerjaan
Umum, 1979), Beton adalah suatu bahan konstruksi yang mempunyai kekuatan tekan
khas. Apabila diukur dalam jumlah besar benda-benda uji, nilainya akan menyebar
sekitar suatu nilai rata-rata tertentu. Penyebarannya mengikuti lengkung Gauss, jadi ukuran dari mutu
pelaksanaannya, adalah standart deviasi
sesuai rumus:
‘bk = ‘bm–
1,64s ……...............................(1)
Keterangan:
s =
standart deviasi (kg/cm2).
‘b = kekuatan tekan beton yang didapat dari masing-masing benda
uji (kg/cm2).
‘bm = kekuatan tekan beton rata-rata benda uji
(kg/cm2).
N = jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan. Jumlah benda uji
minimal 20 buah.
‘bk = kekuatan beton karateristik (kg/cm2).
Sebelum nilai ‘bk dihitung, data yang
didapat harus dianalisis mengenai sebaran data. Analisis data tersebut mengenai
distribusi normal dan menpunyai data
yang sejenis. Jika sudah memenuhi persyaratan data baru dapat digunakan
dan ‘bk dapat dianalisis.
Tahapan ini dilakukan untuk mengurangi
kesalahan dalam mengukur benda uji beton.
Menurut PBI 1971 N. I – 2. (Departemen Pekerjaan Umum, 1979), data kuat
tekan beton adalah menurut lengkung gauss atau berdistribusi normal. Sehingga
perlu adanya uji normalitas dan uji homogen. Uji normalitas dan uji homogen dapat dihitung
dengan menggunakan matematika statistik.
Penghitungan normalitas data dan homogen data menggunakan pendapat dari
Sudjana.
Kami sampaikan contoh perhitungan
kuat tekan beton sisa. Perhitungan sejenis berlaku sampai pada semua sampel
penelitian.
Uji
Normalitas
Menurut Sudjana, (2003):
Berdistribusi normal apabila hasilnya antara -1
sampai dengan 1 (-1< x <1)
Keterangan :
= Simpangan baku / standart deviasi
π = Rata-rata
e = 3,1416
µ = 2,7183
Apabila dengan rumus di atas
tidak dapat, maka dengan menggunakan metode grafis. Sebagai sumbu horizontal
adalah data kurang dari dan sumbu
vertical adalah data frekwensi dalam persen. Jika data tersebut dihubungkan
akan membentuk garis lurus atau mendekati garis lurus, maka dapat dianggap data
tersebut berditribusi normal.
Uji Homogen
Apabila nilai dari Mean, Median,
Modus, sama atau mendekati sama, maka data tersebut dapat dikatakan homogen.
Kami sampaikan contoh perhitungan
kuat tekan beton sisa. Perhitungan sejenis berlaku sampai pada semua sampel
penelitian.
Kerusakan
beton.
Kerusakan beton yang sering
adalah retak, mengelupas, bahkan sampai
roboh. Penyebab kerusakan
diakibatkan oleh umur, angin gerakan tanah, bencana alam.
Menurut Suhendro, B, (2003), Kerusakan pada
beton meliputi Crack, Spalling. Crack dan dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1.
Retak kecil :
Lebar retak < 0.5 mm.
2. Retak sedang: Lebar retak 0.5-1.2 mm
3.
Retak besar: Lebar retak >1.2 mm.
1. Terkelupas ringan
: dalam<20 mm.
2. Terkelupas sedang : dalam>20 mm baja tulangan belum kelihatan.
3. Terkelupas berat : dalam>20 mm baja tulangan sudah
kelihatan.
Hasil analisis Homogen dan
Normalitas data diambil satu contoh saja. Tetapi analisis ini berlaku untuk
semua data.
Menurut Standart SK SNI T-15-1991-03 (Departemen Pekerjaan Umum, 1991):
1.
Bagian struktur yang diuji
menunjukan gejala keruntuhan yang terlihat secara nyata, maka bagian truktur
tersebut tidak boleh diuji ulang.
2.
Bagian struktur yang diuji
dikatakan memuaskan bila:
a.
Bagian struktur yang iuji tidak
menunjukkan gejala keruntuhan yang terlihat secara nyata.
b.
Pemulihan kekuatan pada uji
coba minimal 75% dari kekuatan rencana, apabila tidak memenuhi boleh diuji
ulang tapi kekuatannya harus memenuhi 80% dari kekuatan rencana.
3.
Struktur yang diteliti
tidak memenuhi ketentuan. Pejabat
bangunan yang berwenang dapat menyetujui penggunaan bangunan tersebut untuk
tingkat pembebanan yang lebih rendah berdasarkan hasil uji atau analisis.
4.
Bila terjadi suatu keraguan
mengenai keamanan dari suatu struktur atau komponen struktur, pejabat bangunan
yang berwenang boleh meminta suatu penelitian terhadap kekuatan struktur dengan
cara analisis ataupun dengan cara uji beban, atau dengan kombinasi dari
analisis dan uji beban.
Simpulan
Kuat
tekan beton dapat dicari dengan dua metode yaitu destruktif dan non destruktif.
Metode non destruktif dengan menggunakan alat hammer test dan metode destruktif menggunakan alat compression test machine.Kerusakan beton
terdiri dari retak, mengelupas dan yang paling berat adalah banggunan roboh.
Hasil
penelitian non destruktif dihitung normalitas dan homogen. Setelah itu dihitung
kekeuatan sisa yang masih ada. Titik pengambilan data hammer test peneliti
menggunakan delapan titik. Pada jurnal ini peneliti hannya menampilkan contoh
perhitungan. Hal ini penulis lakukan mengingat tempat yang kurang memungkinkan
jika ditampilkan semua hasil perhitungan.
Sesuai
dengan persyaratan dan hasil dari analisis diatas maka dapat disimpulkan untuk
Titik IV dan VI dibawah 200 Kg/cm2. Sehingga kedua titik ini perlu
adanya perkuatan. Perkuatan struktur yang tidak memenuhi persyaratan, diperkuat
dengan carbon fibre stripe. Sehingga
kekuatannya dapat memenuhi persyaratan yang diijinkan.
Daftar Pustaka
Asroni, A. 2001. Struktur
Beton, Penerbit UMS, Surakarta.
Departemen Pekerjaan Umum.1971. Standar Beton Bertulang Indonesia, N. I.-2, Penerbit Yayasan LPMB,
Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum.1991. Standar Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK SNI. T-15-1991-03, Penerbit
Yayasan LPMB, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum. 1993. Pedoman
Standarisasi Dan Pedoman
Penyelenggaraan Pembangunan Gedung Negara, Penerbit DPU, Jakarta.
Hadi, S. 2000. Statistik,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Lumantara, B. 2001. Analisis
Dinamis Dan Gempa, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Marwahyudi. 2003. Analisis
Pasca Gempa Gedung LP3 Sahid Surakarta, Tesis S2 Magister Teknik Sipil UMS.
Moestopo. 1998. Teknik
Pemeliharaan Dan Perawatan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sudjana, N. 1996. Metode
Statistik, Penerbit Tarsito, Bandung.
Suhendro, B. 2003. Infrastrucure
Management System, Seminar Nasional Penenggulangan, Pendeteksian dan
Penyelesaian Kerusakan Pada Bangunan Sipil, Surakarta.
Somantri, A. dan Ali Muhidin, S. 2006. Statistik Dan Penelitian, Penerbit
Pustaka Setia, Bandung.
Tjokrodimulyo, K. 1996. Teknologi Beton, Penerbit Nafiri, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar